Rabu, 22 April 2009

SUPERVISI PENDIDIKAN, PENTING YA?


Supervisi merupakan sebuah kata yang mempunyai makna yang lebih “ human ” dan manusiawi. Supervisi tidak identik dengan mencari-cari kesalahan yang dibuat oleh orang lain, ataupun mengidentifikasi hal-hal yang sudah baik atau belum, tetapi lebih mengarahkan kegiatannya pada upaya melakukan pembinaan terhadap orang yang di supervisi. Namun terkadang kata “ supervisi “ menjadi momok yang sangat menakutkan bagi orang yang mengalaminya. Persiapan demi persiapan pun dilakukan untuk menampilkan “ Best performance and Action “ demi sebuah pencitraan diri maupun lembaga. Ironis memang, sebuah perubahan positif nan dinamis yang seharusnya menjadi makanan ataupun kebiasaan sehari-hari, berubah menjadi makanan dan perlakuan tambahan yang hanya diberikan pada saat sang “supervisor” melakukan supervisi. Segala bentuk kebohongan akan terlihat dan tertata rapi walaupun nun jauh di sana kebobrokan demi kebobrokan tertutup dengan sempurna dan baru akan terbuka kembali jika tidak ada supervisi. Padahal, kalau kita mau berlaku jujur pada diri kita masing-masing, banyak sekali penyakit-penyakit yang bersemayam di dalam diri dan harus segera disembuhkan. Penyakit seperti kemalasan, kinerja yang tidak lagi kreatif dan inovatif serta melemahnya motivasi kerja menjadi alasan utama dilakukannya supervisi. Penyakit-penyakit tersebut tidak dapat sembuh jika sang “ Pasien “ tidak berobat kepada sang “ Dokter “. Sang dokter akan berupaya menyembuhkan sang pasien dengan memberikan racikan obatnya dengan harapan setelah meminum obat yang telah diracik oleh dokter tersebut sang pasien bisa sembuh dan siap melakukan aktifitasnya dengan lancar dengan kondisi yang segar dan bugar.
Ilustrasi di atas merupakan sekelumit gambaran mengapa supervisi begitu bermakna. Kalau contoh di atas adalah upaya yang dilakukan sang dokter untuk menyembuhkan pasien, supervisi pendidikan lebih menitikberatkan pada upaya melakukan pembinaan terhadap orang-orang ataupun lembaga yang mempunyai kelemahan-kelemahan dalam bidang tertentu, untuk dibina dan dicarikan solusi atas kendala yang dihadapi selama menjalankan rangkaian aktifitas yang berhubungan dengan akademis maupun administrasi.
Berbicara tentang ruang lingkup supervisi yang terdiri dari akademik dan administrasi, kedua hal tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Jika supervisi akademik lebih memfokuskan kegiatan pada aspek akademik, maka supervisi administrasi lebih mengamati hal-hal yang bersifat administrasi atau layanan dan dukungan yang bertujuan memperlancar jalannya kegiatan akademik. Kesimpulannya tugas kepala sekolah adalah mengarahkan seluruh kegiatannya pada supervisi akademik, sedangkan pengawas sekolah lebih fokus pada supervisi administrasi. Pemisahan ruang lingkup tersebut dimaksudkan sebagai upaya sinkronisasi tugas antara kepala sekolah dan pengawas.
Pada bab ini, penulis akan berbagi sedikit pengalaman ketika Kepala sekolah, pengawas dari Dinas Pendidikan kota Balikpapan dan Sampoerna Foundation mengamati perilaku penulis selama kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris berlangsung. Yang perlu penulis tekankan di sini adalah, dengan ataupun tanpa pengamatan dari kepala sekolah ataupun pengawas, Insya Allah, penulis akan tetap menjalankan tugas secara professional, karena segala jenis penghambaan hanya ditujukan kepada Yang Maha Tahu, Yang Maha Melihat, dan Maha Mengawasi apa-apa yang dilakukan oleh hambaNya di muka bumi ini yakni “ Murroqobatullah “ (Pengawasan Allah).
Persiapan yang penulis lakukan baik pada saat mengajar biasa maupun saat ingin disupervisi tidak jauh berbeda. Karena tugas utama seorang guru adalah bagaimana kita bisa memuaskan pelanggan yang dalam hal ini adalah peserta didik kita untuk bisa memahami dan mampu berbuat serta mengamalkan ilmu yang telah kita berikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Penulis berpikir, pembelajaran yang baik, tidak perlu direkayasa sedemikian rupa hanya untuk mencari sebuah prestise. Diawasi atau tidak, tetaplah konsisten dan komitmen untuk berbuat lebih baik bagi orang banyak.
Alhamdulillah, sewaktu penulis melakukan KBM baik di SMAN 4 maupun SMAN 2 Balikpapan, Kepala Sekolah penulis mengawasi penulis sebanyak 5 kali sedangkan pengawas dari Dinas Pendidikan sebanyak 4 kali dan 1 kali dari Sampoerna Foundation. Kegiatan supervisi yang berlangsung selama 90 menit tersebut sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran setiap pertemuan, Kepala sekolah mengamati perilaku mengajar penulis sambil mencatat komponen-komponen mengajar apa saja yang sudah terpenuhi atau tidak. Setelah jam pelajaran bahasa Inggris berakhir, Kepala Sekolah memanggil penulis untuk memberikan saran dan masukan seputar KBM yang penulis lakukan di kelas serta meminta tanggapan dari penulis sendiri. Sementara pengawas bidang studi Bahasa Inggris yang berasal dari Dinas Pendidikan juga melakukan hal serupa, yaitu mengawasi penulis selama 90 menit, cuma bedanya pengawas-pengawas tersebut berasal dari 2 institusi yang berbeda namun tetap dalam lingkup pendidikan bahasa Inggris, jadi ada semacam pertukaran ide, kreasi dan inovasi yang sangat bermanfaat bagi penulis untuk mengajar lebih baik lagi di pertemuan yang akan datang. Pengawas-pengawas tersebut juga memberikan komentar dan umpan balik yang sangat positif kepada penulis dihadapan para siswa di mana penulis mengajar. Bahagia sekali, jika proses supervisi dilakukan dalam situasi yang sangat menyenangkan seperti yang dialami penulis tadi. Penulis tidak pernah menganggap bahwa supervisi adalah kegiatan yang menegangkan, menakutkan dan membuat guru mengajar dengan kesan yang dibuat-buat , tetapi lebih dari itu, supervisi adalah upaya pembinaan dan ajang introspeksi diri dengan mencari solusi terbaik atas kendala yang dihadapi selama kegiatan belajar mengajar serta mempererat tali silaturahmi antara guru dan pengawas pendidikan. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kegiatan supervisi ( classroom visitation ) ini dilaksanakan hanya pada momen-momen tertentu saja dan tidak menjadi agenda rutin yang harus dilaksanakan oleh guru, kepala sekolah maupun pengawas sekolah minimal sebulan sekali sehingga ada upaya perbaikan yang terus menerus ( continuously ) untuk menghasilkan guru-guru yang berkualitas dan ready to be supervised! Apakah ada yang bisa menjawabnya?


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Flowers and Decors. Powered by Blogger