Selasa, 30 Desember 2008

Guru Sejati, Catatan buat sang Pemegang Kebijakan

Kalau kita melihat sosok seorang guru, maka yang ada dalam benak kita adalah seorang laki-laki tua yang berwibawa, mengendarai sepeda dayung, membawa tas tua yang sudah usang dan bergelar Oemar Bakri seperti sebuah lagu yang dikumandangkan oleh Iwan Fals. Sosok guru tersebut adalah guru tempo dulu yang bijaksana, tidak neko-neko malah lebih terkesan “ nerimo” dengan segala bentuk perlakuan yang diberikan oleh para pemegang kebijakan. Sungguhpun demikian, guru masa kinipun tetap bijak dan tanpa pamrih menularkan apa yang bisa ditularkan bagi para peserta didik. Tidak pernah terbesit sedikitpun balas jasa atau setumpuk uang sebagai imbalan untuk jasa-jasanya. Dengan kesederhanan yang senantiasa terpatri dalam hati, sang pendidik berjuang mencerdaskan tunas-tunas harapan bangsa. Apalagi imbalan dan janji-janji yang diberikan oleh sang pembesar tidak seberapa bahkan tidak mencukupi kebutuhan anggota keluarganya, tetapi dengan keyakinan yang kuat bahwa dibalik sebuah ujian pasti ada hikmah, para guru cerdik memutar otak mereka untuk mendapat tambahan-tambahan biaya yang sekiranya mampu menutupi semua kebutuhan yang diperlukan oleh keluarganya. Dengan mengandalkan otak dan kecerdasan, mereka memberikan pelajaran tambahan bagi para siswa yang sekiranya membutuhkan perlakuan khusus terhadap pelajaran tertentu. Dengan penuh kasih guru berupaya mentransfer seluruh ilmu dan wawasannya demi membuat siswanya faham dan mampu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh guru. Tak sedikitpun gurat-gurat kekecewaan muncul dari wajah sang pendidik manakala melihat siswa mereka belum mampu melaksanakan apa yang diharapkan walaupun sudah dijelaskan berulang kali. Dengan penuh keihklasan, pengulangan demi pengulangan dilakukan demi membuat siswa tersebut paham apa yang beliau terangkan. Demikianlah sosok betara guru yang mulia nan terhormat, predikat yang sangat berat pertanggungjawabannya, seperti yang diambil dari bahasa Sanskerta.
Nugroho dalam pengukuhan Guru Besar ( 1996 ) sebagaimana dikutip Ristono (1999) mengemukakan tiga profesi yang dibedakan atas kejujurannya sehingga menjadikan profesi guru menjadi sangat terhormat sekaligus berat yakni :
1. Guru, tidak boleh bohong dan tidak boleh salah
2. Peneliti, tidak boleh bohong, tetapi boleh salah, dan
3. Pejabat, boleh bohong dan boleh berbuat salah.
Tanpa harus mempersoalkan lebih jauh tiga kalimat di atas, telah dapat dipetik satu simpulan dari ketiganya bahwa ketulusan, kejujuran dan kecerdasan merupakan satu totalitas yang harus dimiliki guru . Tentu saja profesi lain pun mempersyaratkan dimilikinya tiga karakter tersebut. Bedanya, terhadap guru tidak ada toleransi terjadinya “human error”. Kesimpulannya, profil guru haruslah seorang yang sempurna yang tidak boleh melakukan kesalahan, karena sedikit berbuat salah banyak pihak yang menanggung akibatnya. Lantas, bagaimana dengan orang-orang terbiasa berbuat salah tapi tidak pernah diberi ganjaran yang setimpal atas apa yang diperbuatnya. Haruskah guru yang menanggung akibat dan menjadi terdakwa atas semua kesalahan orang-orang yang pernah dididiknya? Apakah guru tidak berhak menyuarakan isi hatinya bahwa dia juga adalah seorang manusia yang pastinya tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan? Pengorbanan yang dilakukan oleh guru tempo dulu maupun sekarang sudah sepatutnya menjadi perhatian para pemegang kebijakan jika ingin melihat pendidikan di Indonesia maju dan berkualitas dengan para pendidik yang sejahtera lahir dan batin. Tapi, bagaimana itu bisa terjadi jika penghormatan dan pemberian kesejahteraan terhadap guru hanya jalan di tempat? Bisakah generasi muda dan para pemegang kebijakan lebih menghargai pentingnya profesi guru untuk mencetak sumber daya manusia yang handal?
Setelah pendidikan di Indonesia terpuruk dan jauh ditinggalkan oleh Negara-negara tetangga, barulah kita tersadar bahwasanya nilai guru tidak pernah dihargai sebesar pengabdian yang diberikan kepada anak bangsa. Gelar pahlawan tanpa tanda jasa, bukanlah lagi sebutan indah nan merdu ditelinga. Guru harus ditandai jasanya jika ingin mutu pendidikan di Indonesia semakin maju dan sejajar dengan Negara lain. Penghargaan terhadap guru akan memicu terjadinya peningkatan profesionalisme guru dan berdampak positif bagi tercapainya proses belajar mengajar yang berkualitas.

Bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme guru sehingga berdampak positif bagi tercapainya proses belajar mengajar yang berkualitas?

Untuk menemukan keterkaitan antara kesejahteraan dan profesionalisme guru.

Tulisan ini dibuat agar dapat memberikan manfaat yang bersifat persuasif (mengajak) pembaca untuk mengambil yang benar, mengoreksi yang salah, sebagai berikut.
1. Tumbuhnya kesadaran para guru bahwa profesionalisme guru patut dimiliki agar sumber daya manusia bangsa Indonesia tidak semakin tertinggal.
2. Dapat memberikan motivasi dan solusi kepada para guru bahwa pemerintah melalui PGRI akan meningkatkan kesejahteraan guru seperti yang telah dijabarkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen.
3. Sebagai bahan masukan bagi sang pemegang kebijakan terutama organisasi guru PGRI untuk memperjuangkan kesejahteraan Guru agar profesionalisme guru dapat meningkat.



A. PROFESIONALISME GURU HARUS DIJUNJUNG TINGGI
Kita telah memasuki abad ke-21 yang dikenal sebagai abad pengetahuan. Para peramal masa depan (futurist) mengatakan sebagai abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasa utama segala aspek kehidupan (Trilling dan Hood, 1999). Abad pengetahuan merupakan suatu era denga tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Dampaknya adalah perubahan paradigma manusia terhadap pendidikan.
Kemerosotan pendidikan kita sudah terasa selama bertahun-tahun. Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya sangat dipengaruhi faktor internal dan eksternal . Faktor internal meliputi minat dan bakat. Sementara faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, sarana dan prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan oleh guru. Kita terkadang menemukan ada seorang guru yang mengajar bukan karena minat tetapi karena terpaksa masuk FKIP dan akhirnya mengajar. Bisa dibayangkan betapa setengah hatinya sang guru mengajar. Sedangkan faktor lingkungan, sarana dan prasarana, pelatihan guru dan upah yang minim juga merupakan faktor yang mampu menghambat ke arah terwujudnya profesionalisme guru.
Banyak di antara guru yang tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas (Dahrin, 2000). Hal ini tidak boleh terjadi dalam dunia pendidikan di abad pengetahuan. Sosok penampilan guru harus ditandai dengan keunggulan dan nasionalisme dan jiwa juang, keimanan, ketakwaan, penguasaan IPTEK, etos kerja dan disiplin, profesionalisme, kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan, kepastian karir, dan yang terpenting kesejahteraan lahir batin.
Jika persyaratan tersebut mampu didukung oleh sang pemegang kebijakan, maka guru pasti siap menghadapi tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam mencari solusi untuk menjawab tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif. Jadi, sudah tidak dapat disangkal lagi untuk menjadi guru yang berkualitas, diperlukan profesionalisme guru yang tinggi.

B. HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU DENGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
Menurut “ Journal Education Leadership” (Maret,1994) mengemukakan bahwa ada lima ukuran seorang guru dinyatakan professional. Pertama, memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Kedua, secara mendalam menguasai bahan ajar dan cara mengajarkan. Ketiga, bertanggung jawab memantau kemajuan belajar siswa melalui berbagai tehnik evaluasi. Keempat, mampu berpikir sistematis dalam melakukan tugas. Kelima, seyogyanya menjadi bagian dari masyarakat belajar di lingkungan profesinya.
Mengacu pada ukuran profesionalisme guru di atas,dapatlah langsung terjawab tentang bagaimana hubungan profesionalisme guru dengan prose belajar mengajar. Seorang guru dikatakan professional dalam mengajar jika menguasai proses belajar mengajar, menguasai siswa, proses belajar, bahan ajar, metode, evaluasi dan selalu bermitra dengan masyarakat untuk menunjang kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawab guru.
Selain itu, guru yang professional harus memiliki sifat dan kepribadian tertentu yang amat penting dalam menunjang proses belajar mengajar yaitu adaptabilitas, antusiasme, kepercayaan diri, ketelitian, empati, dan kerjasama yang baik.
Dapat dikatakan bahwa ada keterkaitan yang erat antara profesionalisme guru dengan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar.

C. UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SEHINGGA BERDAMPAK POSITIF TERHADAP KELANCARAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang professional di abad 21 yaitu :
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
2. Penguasaan ilmu yang kuat;
3. Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada Sains dan Teknologi; dan
4. Pengembangan profesi secara berkesinambungan.
Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang professional.
Perkembangan profesionalisme guru menjadi perhatian global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Guru bisa saja dalam menjalankan tugas dan profesinya, bertentangan dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya. Namun tindakan guru terkadang tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk maka keinginan atau teknik yang diinginkan guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Bisa dikatakan,guru selalu diintervensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi yang mematikan profesi guru sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi atau penatar. Bahkan sebagai pemberi instruksi pun guru tidak memiliki otonomi sama sekali. Ruang gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan membuat perangkat pembelajaran dan penilaian yang demikian banyak tanpa diimbangi dengan pemberian insentif atas sumbangsih pemikiran yang dituangkan melalui hitam di atas putih. Apalagi seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar di atas 5 tahun sebetulnya telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali membuat RPP maka waktu dan energi guru untuk belajar menambah wawasan seakan terbuang.
Untuk menjawab masalah-masalah tersebut, perlu dilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru antara lain..
1. Meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Diharapkan seorang guru ideal harus bergelar sarjana sesuai dengan latar belakang pendidikan masing-masing. Penyetaraan S1 telah dilaksanakan dan didanai oleh pemerintah. Sayangnya penyetaraan yang telah diusahakan tidak akan bermakna jika guru yang bersangkutan tidak memiliki kekuatan dari dalam secara sadar untuk melakukan perubahan.
2. Mengadakan program sertifikasi secara berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu guru berikut kesejahteraannya. Namun, setelah para guru menyiapkan perangkat administrasi pembelajaran kemudian melalui beberapa tahapan dalam uji sertifikasi, hasil kelulusan yang sangat ditunggu-tunggu seperti belum ada titik terangnya. Proses penantian yang begitu panjang ditambah dengan ketidakjelasan penambahan gaji pokok, menambah polemik ditubuh sertifikasi. Kejelasan terhadap kebijakan sertifikasi perlu disosialisasikan sehingga tidak ada tuding kanan dan kiri serta menyalahkan pihak-pihak tertentu yang belum tentu patut disalahkan.
3. Menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang diterapkan pemerintah jika gaji guru rendah tidak akan terwujud. Untuk memenuhi semua itu, perlu diberikan penambahan insentif bagi guru yang benar-benar professional dan loyal dalam mengajar. Waktu yang dihabiskan atau selama 6 hari mengajar dari senin hingga sabtu, wajib diperhitungkan nilai rupiahnya, apalagi jika jam mengajar dipatok dari jam 7.00 pagi sampai jam 16.00 sore hari. Perhitungan jam kerja nyata tersebut akan memberi angin segar bagi para guru untuk semangat menyambut tantangan inovasi pembelajaran kini dan nanti.

A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan-paparan yang dikemukakan oleh penulis tadi, berikut dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Profesionalisme guru bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan keterampilan yang tinggi sesuai denga tingkah laku yang disarankan.
2. Profesionalisme guru harus dijunjung tinggi oleh para pemegang kebijakan dan pihak-pihak yang mewadahi dunia pendidikan, sehingga guru akan semakin tertantang untuk mengadakan perubahan-perubahan dinamis dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Upaya peningkatan profesionalisme guru harus segera direalisasikan untuk menghindari kesimpangsiuran yang berkaitan dengan kesejahteraan guru.
4. Pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan hendaknya bahu membahu mengentaskan permasalahan pendidikan dengan tidak berupaya menunda-nunda pencarian solusi karena tidak adanya “dana taktis” yang dianggap sebagai win-win solution.

B. Saran
Beberapa saran juga diperuntukkan bagi pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan sebagai berikut.
1. Para guru hendaknya mengubah paradigm pendidikan yang berorientasi pada dirinya agar siswa mampu meraih kecakapan hidup sebagai bekal menghadapi tantangan masa depan.
2. Peranan sekolah dalam hal ini kepala sekolah seharusnya memberikan banyak peluang agar guru terpacu untuk meningkatkan dan mengembangkan profesionalismenya.
3. Pemegang kebijakan dalam hal ini Mentri Pendidikan Nasional hendaknya bahu membahu mengedepankan profesi guru untuk menjadi satu yang terbaik diantara berbagai profesi sehingga akan berimplikasi terhadap kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia.

Senin, 29 Desember 2008

Peran Guru

Para guru menggunakan banyak hal yang berbau metafora untuk menggambarkan potret diri mereka dan apa peran mereka dalam dunia pendidikan. Di satu pihak mereka mengatakan bahwa “ kita ini adalah para aktordan aktris yang selalu tampil di atas panggung.” Sementara di pihak lain mereka mengatakan bahwa “ kita ibarat pemandu orchestra yang memandu jalannya percakapan dengan menetapkan nada dan iramanya. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa “kita laksana tukang kebun yang rutin menanam bibit dan mengawasinya hingga tumbuh dan berkembang biak. Anggapan-anggapan tersebut seyogyanya memang benar dan menunjukkan bahwa seperti itulah profil guru dalam kaitannya dengan pengajaran yang sebenarnya.
Beberapa kamus juga mendeskripsikan pesan-pesan yang bervariasi tentang pengajaran. Menurut Cambridge International Dictionary of English, mengajar adalah memberikan pengetahuan / wawasan kepada seseorang, memerintah sekaligus melatihnya. Sementara Longman Dictionary of Contemporary English mengemukakan bahwa mengajar adalah memberitahu seseorang cara melakukan sesuatu atau mengubah ide seseorang.
Beberapa pandangan tadi bercampur baur dengan beberapa deskripsi seputar sosok guru. Dan karena fungsi guru berbeda-beda dalam hal pengajaran, kita perlu membuktikan bahwa peran guru tidak hanya berhubungan dengan pendidikan secara umum, tetapi juga bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas.

Ada beberapa hal yang ingin penulis utarakan dalam tulisan ini terkait dengan sosok penerus Ki Hajar Dewantara ini.

A. PERANAN GURU
Di dalam kelas peranan guru mungkin saja berubah seiring dengan banyaknya ragam kegiatan yang dilakukan di dalam kelas. Jika guru lihai membuat banyak perubahan dalam kegiatan pengajaran maka tingkat efektifitas belajar mengajar dapat tercapai.
Kata “fasilitator” seringkali dikaitkan dengan peran guru sebagai agen pembelajaran bukan sebagai subjek pembelajaran yang lazim disebut “Learner-centered-lessons” dimana guru haruslah memfasilitasi siswa belajar dengan cara memberikan banyak waktu belajar kepada mereka untuk membahas topik-topik yang disajikan dan guru sendiri lebih bertindak sebagai komentator yang mengomentari setiap paparan dan penjelasan yang diberikan siswa. Peran gurupun akan bertambah menjadi sumber belajar sekaligus tutor bagi para peserta didik. Peranan lain yang juga tak kalah pentingnya adalah memfasilitasi kemajuan siswa dengan beberapa cara dan strategi yang akan dibahas lebih lanjut pada bab ini sehingga kedepannya siswa akan cepat mengadopsi kegiatan pembelajaran.

1. Sebagai Pengawas
Berbicara tentang peran guru sebagai pengawas berarti berbicara tentang tanggung jawab guru untuk memberikan situasi yang kondusif terhadap terlaksananya proses dan kegiatan belajar mengajar yang aktif dan kreatif dimana siswa akan bekerja dalam kelompoknya masing-masing. Pengawas akan mengambil bagian dalm menjelaskan materi yang akan dibahas, melakukan pengulangan demi pengulangan, membaca nyaring, dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjukkan kualitas pengajaran guru di dalam kelas. Guru yang benar-benar melakukan tugasnya sebagai pengawas akan memberikan paradigm yang baik di mata muridnya karena pada posisi ini murid merasa sangat dihargai dan diberi kesempatan untuk mengeluarkan semua argumentasi mereka dibandingkan dengan hanya menjadi pendengar setia setiap ocehan gurunya. Image guru sebagai stasiun tranmisi ilmu pengetahuan akan lebih menyenangkan untuk dicerna oleh masyarakat daripada sebagai pengawas, walaupun logikanya kedua kata tersebut sama secara fungsi. Masyarakat dapat mengingat sosok guru mereka pada zaman dulu sebagai sebuah hadiah yang tidak terlupakan, yang senantiasa memberikan inspirasi dan mengarahkan mereka dengan pengetahuan melalui karismanya. Tetapi tidak semua guru mampu menginsipirasi muridnya dan memiliki karisma yang sanggup mengubah watak dan perilaku siswa dari yang tidak berpengetahuan menjadi berpengetahuan. Tentu saja, dalam menjalankan peran sebagai pengawas, tidak semua guru mahir dalam menjalankan tugasnya. Karena ketika dihadapkan pada suatu pertanyaan yang sulit yang diajukan siswa, guru yang tidak siap dengan kata lain tidak kompeten akan menemui hambatan dalam menjelaskan dengan detail apa maksud dari pertanyaan yang diberikan siswa tersebut. Dan ini sering terjadi di dalam kelas di mana guru gagal melakukan tugasnya sebagai pengawas yang kompeten. Dan ini akan sangat mengganggu suasana belajar mengajar yang terarah.

2. Sebagai Pengelola
Salah satu bagian yang paling penting sehubungan dengan tugas guru adalah mengelola siswa dalam melakukan beragam aktifitas di dalam kelas. Kegiatan yang dilakukan guru sebagai pengelola adalah memberikan informasi kepada siswa, menjelaskan tentang kegiatan apa yang akan dilakukan, membentuk siswa secara berpasangan atau kelompok dan akhirnya merangkum semua kegiatan tatap muka. Ketika siswa tidak mengerti akan tugas yang akan dilakukan atau tidak mengerti sama sekali kegiatan apa yang akan dilakukan bersama teman-teman dalam satu kelas, atau bahkan menemui kesulitan dalam membentuk kelompok bersama teman-temannya, disinilah peran guru sebagai pengelola teruji. Hal pertama yang harus dilakukan adalah melibatkan semua siswa dalam membuat keputusan. Berikan sedikit waktu luang untuk mengambil bagian dalam hal ini. Berikan penjelasan yang bijak, tegas dan konsisten bahwa kegiatan yang dilakukan adalah dalam rangka kemajuan siswa dalam belajar. Ragam kegiatan yang dilakukanpun seyogyanya memiliki tujuan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Dan tak lupa menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, tentang apa yang harus dilakukan siswa pertama kali, kedua kali dan seterusnya.

3. Sebagai Penilai
Peran sebagai penilai lebih menekankan kepada pemberian feedback, correction, dan meningkatkan pemahaman siswa dengan berbagai cara. Para siswa harus diberi tahu mengapa mereka harus dinilai dan aspek-aspek apa saja yang berhubungan dengan penilaian. Mereka harus diberi tahu apa yang kita inginkan dari mereka dan target keberhasilan yang harus dicapai. Hal yang paling penting sehubungan dengan penilaian adalah keadilan. Siswa yang kritis akan mempertanyakan mengapa mereka mendapat nilai seperti ini dan itu serta mengkritisi jenis penilaian yang dilakukan oleh guru. Jika guru tidak menanggapinya atau bahkan bahkan menanggapinya tapi menyimpang dari aturan yang sebenarnya, maka bisa dikatakan bahwa guru tersebut bukanlah asesor yang baik. Reaksi ini akan menimbulkan ketidaknyamanan siswa dalam belajar. Kalaupun memang siswa mendapat nilai buruk, hendaknya dikomunikasikan dengan cara baik-baik.
4. Sebagai Pendorong atau Pembisik
Jika suatu saat siswa kehilangan ide padahal mereka sedang dalam melakukan kegiatan belajar, beri mereka penguatan agar mereka keluar dari kesulitan serta mendukung mereka dengan beberapa bantuan kalimat yang terlontar dari mulut kita. Guru tidak harus membantu mereka secara utuh, tapi memberikan kesempatan pada mereka untuk bertindak lebih kreatif lagi. Guru juga harus konsisten bahwa perlakuan tersebut harus diberikan kepada semua siswa dan bukan siswa tertentu saja.

5. Sebagai Partisipan atau Peserta
Fenomena pembelajaran yang sering terjadi adalah seringkali ketika siswa melakukan kegiatan belajar seperti diskusi, role playing, ataupun kelompok kerja eksperimen, guru senantiasa berdiri membelakangi kegiatan tersebut, membiarkan siswa belajar sendiri atau bahkan hanya berbicara pada saat siswa melakukan kesalahan. Padahal ada kalanya guru juga harus terlibat sebagai peserta dalam kegiatan pembelajaran bersama-sama dengan siswa tentu saja dengan tidak menjual harga diri kita sebagai seorang guru. Ada beberapa alasan mengapa kita harus terlibat dalam kelompok diskusi siswa, selain adanya kedekatan antara siswa dan guru, kita juga bisa menjadi penggembira proses KBM. Siswa akan merasa memiliki guru secara utuh dan menikmati kegiatan pembelajaran bersama dengan guru mereka yang mungkin intensitas pertemuan keduanya sangat jarang dilakukan. Di samping sisi positif tersebut, ada pula hal negative yang harus diantisipasi oleh guru karena peran guru akan kembali menjadi dominan dibanding siswa. Hal ini dikarenakan guru memiliki wawasan yang lebih ketimbang siswa. Sehingga perlu beberapa trik khusus untuk menghindari situasi seperti ini.

6. Sebagai Sumber belajar
Untuk menjalankan peran sebagai sumber belajar, berarti guru harus menempatkan posisi mereka sebagai penolong yang siap kapan saja, tapi bukan berarti guru harus menyuapi murid terus menerus yang mengakibatkan munculnya sifat ketergantungan.

7. Sebagai Tutor
Ketika siswa melaksanakan pembelajaran baik dengan cara berpasangan ataupun kelompok, guru harus berjalan mengelilingi setiap pasangan dan kelompok dalam kelas dengan menyediakan waktu beberapa menit untuk menawarkan bantuan sekiranya siswa memerlukan penjelasan dan panduan khusus akan suatu materi pembelajaran. Jika guru tidak memposisikan diri mereka sebagai tutor yang baik, maka yang paling dirugikan dalam hal ini adalah para siswa.

8. Sebagai Pengamat
Hal yang perlu dilakukan guru sebagai pengamat adalah pemberian umpan balik kepada siswa baik secara individu maupun kelompok. Hindari segala hal yang dapat membingungkan mereka, menggantung atau memberikan kata-kata yang tidak jelas bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan topic yang sedang dibahas. Perlunya mencatat dalam lembar observasi, kegiatan apa saja yang terjadi di dalam kelas, penampilan siswa dalam belajar, serta kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar beserta keberhasilan yang dicapai.

B. GURU SEBAGAI PELAKON
Guru mempunyai keunikan dan gaya yang berbeda-beda dalam mengajar sehingga tingkah laku dalam mengajar pun berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
Karena perbedaan itulah maka diperlukan suatu parameter keberhasilan demi terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif. Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan guru sehubungan dengan tugasnya sebagai pelakon.

Kegiatan Aksi Guru
1. Permainan secara tim giat, berani, jelas, adil
2. Bermain jelas, berani, pasif, mendukung
3. Guru membaca nyaring menyuruh, melakoni, membuat menarik
4. Mendengar dalam kelas efisien, jelas, mendukung

Yang jelas, perilaku guru seperti yang tercermin dalam deskripsi di atas, bisa saja berubah-ubah sesuai dengan tuntutan kelas belajar. Yang terpenting adalah pertimbangkan bagaimana guru berperilaku selama penampilan siswa dalam kelas.

C. GURU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam hal ini adalah mimik, isyarat, sebagai model bahasa dan penyedia masukan-masukan yang komprehensif. Untuk lebih jelasnya, akan dideskripsikan satu persatu.
1. Mimik dan isyarat sangat penting digunakan untuk meyakinkan sebuah arti bahasa yang digunakan dan atmosfir dalam kelas. Contoh yang paling sederhana adalah berpura-pura menjadi seorang pemabuk atau menunjukkan raut wajah sedih. Keahlian semacam itu bukan menjadi hal yang sulit bagi para guru untuk mempraktikkannya. Contoh lain yang bisa digunakan adalah mengangkat kedua bahu untuk menunjukkan suatu pemahaman yang berbeda.
2. Model Bahasa
Biasanya siswa mendapat model bahasa dari buku teks, jenis-jenis materi bacaan, radiotape dan video. Sebenarnya yang terpenting untuk menjadi model bahasa adalah guru itu sendiri.
Satu cara yang bisa digunakan untuk satu materi dialog contohnya, guru bisa menggambar 2 wajah yang berbeda di papan tulis dan berdiri diantara kedua gambar tersebut kemudian menjadi dua gambar tersebut yang sedang berbicara. Namun harus diperhatikan pula bahwa suara guru harus dapat didengar oleh siswa secara jelas, dan penyesuaian kondisi dan karakter kita dalam memerankan percakapan 2 orang yang berbeda. Kecepatan, Intonasi dan nada suara juga sangat mempengaruhi pemahaman siswa.

3. Keteladanan sebagai masukan yang komprehensif
Isu yang sering dihadapi oleh para guru di dalam kelas adalah seberapa banyak mereka berbicara dan jenis pembicaraan apa yang harus dilakukan. Padahal ada saatnya seorang guru harus lebih banyak diam dibandingkan dengan siswa, dan membentuk siswa secara berpasangan dan kelompok untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang aktif. Tapi ada saatnya juga bahwa guru harus terlibat dalam percakapan sederhana yang dilakukan bersama dengan para siswanya, untuk mendiskusikan beberapa topik yang berkenaan dengan kegiatan para siswa itu sendiri.
Idealnya, para guru harus menjadi tempat untuk menyediakan masukan yang komprehensif, karena penjelasan dari guru jauh lebih bermakna di mana buku teks, video dan radio tape tidak dapat melakukannya.
Bagaimanapun juga, jangan pernah memedulikan batasan seberapa banyak guru bicara. Jika guru berbicara setiap saat tanpa memperhitungkan bahwa siswa harus lebih produktif dan menghasilkan pembelajaran yang efektif melalui latihan-latihan, hal itu sama saja dengan kegiatan membaca dan mendengar yang biasa terjadi di dalam kelas, yang hasilnya, siswa akan cepat bosan mendengar ocehan gurunya yang tidak pernah berhenti. Intinya, peranan siswa haruslah lebih mendominasi peran guru di dalam kelas.

Melalui beberapa penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa gambaran tugas dan peran guru sangat mempengaruhi terciptanya atmosfir pembelajaran yang efektif dan efisien antara guru dan siswa. Guru harus lebih bijak menyikapi berbagai macam peran yang seharusnya dilakukan di dalam kelas walaupun tidak sesuai dengan hati nurani. Sehingga terkadang guru melakukan sesuatu yang jauh dari fungsi mendidik yang sebenarnya. Terkadang, kepercayaan diri yang berlebihan dapat membawa guru pada ketergantungan siswa terhadap sesuatu yang mereka pikir hanya guru mereka yang dapat melakukannya. Karena sangat sulit menjadi orang yang selalu bisa dipercaya dan melestarikannya dalam segenap pembelajaran yang dilakukan. Namun, cara-cara di atas setidaknya mampu menginspirasi para guru untuk bisa berbuat lebih baik lagi demi terciptanya pengajaran yang efektif. Semoga!

Rabu, 24 Desember 2008

My students and I


Teaching is my soul calling. I always do everything to improve the way of my teaching. Doing something related with teacher training and such kind of activities which is so important to my carrier, would support me to be a better teacher that before. My students in SMAN 2 Balikpapan and ABA, welcome to my blog.

Senin, 22 Desember 2008

MY BELOVED PARENTS, FAMILY AND I


I was born on August 9th, 1974 in Balikpapan, my beloved hometown. When I was still young exactly a 2 year old girl, I've been left by my mother, one that I've never ignored till now on. She had passed away with khusnul khotimah. I only saw her in my picture's family album where there were many people whom I really adore. My mom looked very beautiful as I am now ( he...he...). She had a beautiful curly hair which makes her more lovely. She hug me tightly to show that she loved me much. Things that I always miss everyday, especially when I was still a child even teenager, is she could be a place for me to share with. Every single problem I have will be overcome instantly with her wise word and of course win win solution. But at that time it was only my dream, my wish even my hope that I should only keep it in my mind. Then when I was 9 years old, My father married a Malaysian woman, named Noorhaini Hasyim. Basically, she looked like my previous mom, equal with the picture I've ever seen in my album. What a wonderful the Almighty God, Allah SWT created such thing that human has never thought it before. Firstly, meeting her made me afraid much because many people said that a step mother must be so scary. Some bad statement about " Step mother " never let me to do such bad things toward her. I thought, this is what I need for so long, a mother who will listen to my talking, my problem and the one that I should obey much after my father. Alhamdulillah, what I hope is what I got. I got my mom, my forever mom till now on. Although I couldn't touch and do something to make her happy, but I still keep in touch with her by cellphone. She is now in Muar, Johor Kuala Lumpur. She is now already 60 years old and had left us, I mean my family and I to KL since 1998, after my father passed away on February 10th 1998. She couldn't stay in Balikpapan longer because she must be miss my father much. And for that reason, she will drop her tears on and on. In the wall of her bedroom, she wrote, " Alone fighting the loosing battle ". I'm sure that it was the reason why she should return to KL. Although it was hurt, but my family and I let her go. But I promise to visit her, once in a two years in KL. Alhamdulillah, again and again Allah helped me much by giving me more wealthy for visiting my mom in KL. It has been twice I went to KL visiting my beloved mother there, exactly on Desember 1999 and May 2008. I couldn't describe how was my feeling when I met her. It was full of happiness and joy. In 1999, I went there alone, because I'm still single and had a great opportunity to teach kindergarten students in Tadika Hana, Melawati stree around 3 months. However, when 2008, I also let my beloved hubby, "Abi"to meet his mother in law and 2 children of ours , Amira and Hisyam to hug their grandmother. A sweet memory that I would never forgot it till the end of my life. Mom, when will we meet again? I would like to tell you something during this mother's day. What a very wonderful things you have given to me that I couldn't revenge it even with all wealthy I have now. Your love, care and affection had made me grown stronger now. You taught me many things that another people couldn't do that. You always beside me when I'm alone, sad, and don't know anything to do to reach my future. You adjust me well, to go to the heaven. You've never allowed me to tell something bad about others and all bad things which related to the word "sin". Thank you Mom, May Allah protect you from bad situation, always in healthy and wealthy condition. All you give to me is all what I should give to my beloved children, Amira and Hisyam, especially, and all children in the world generally. Happy Mother's Day !God will provide us all. Insya Allah!

Apresiasi buat sang Oemar Bakrie

Sabtu, 20 Desember 2008

Apresiasi Buat Sang Oemar Bakrie

Miris hati melihat perkembangan pendidikan yang ada di Kuala Lumpur Malaysia tatkala saya diundang oleh Pemerintah di Raja Malaysia dalam hal ini UMNO bagian sosial juga dalam rangka Cross Culture Understanding. Pada saat itu, 17 Mei 2008 Saya diajak mengunjungi salah satu Sekolah Dasar di Putra Jaya, the Cyber city untuk menghadiri Teacher's Day. Semua Guru dan siswa dikumpulkan dalam satu acara ritual pendidikan yang bermaksud memberikan apresiasi khusus buat para guru. Acara itu juga dihadiri oleh para pejabat pendidikan, Dato dan Datin yang Care of education much, juga utusan dari pemerintah di raja Malaysia untuk melihat langsung acara tersebut. Setiap siswa memberikan kesan dan pesan untuk guru mereka secara bergantian dan guru pun memberikan respon balik atas perlakuan siswa tersebut. Dalam genggaman kedua tangan siswa terdapat bingkisan dan karangan bunga yang diperuntukkan untuk guru tercinta dan rangkaian kata yang puitis untuk guru tercinta. Suasana mengharubiru pun memberi makna tersendiri buat penerus jejak Oemar Bakri dari Indonesia, yaitu saya sendiri, Dayang Suriani, guru SMAN 2 Balikapapan. Saatnya pun tiba, saya juga didaulat untuk memberikan kesan dan pesan saya sebagai guru yang berasal dari Indonesia seputar penghargaan dan apresiasi dari pemerintah Indonesia. Saya berucap apapun yang ada dibenak saya dan pengalaman-pengalaman pahit dan manis selama mengajar tunas-tunas harapan bangsa di Indonesia. Satu hal yang membuat mereka terkesima setelah saya mengatakan bahwa tidak ada ritual khusus yang dilakukan pada saat hari guru seperti halnya yang terjadi di Malaysia. Sayapun menutup sambutan singkat saya dengan harapan tradisi dan penghargaan bagi guru yang berlaku di Malaysia dapat juga diimplementasikan di Indonesia, khususnya Balikpapan. Wallahu A'lam Bisshowab!


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Flowers and Decors. Powered by Blogger